-->

Aturan nadzor (melihat wajah) wanita yang dilamar

Chia sẻ bài viết bài trên: :

Aturan nadzor (melihat wajah) wanita yang dilamar

As-Syaikh Amr bin Abdul Mun’im Salim dalam bukunya Adabul Khitbah wa Az-Zifaf min Al-Kitab wa Shahih As-Sunnah menjelaskan tentang aturan nadzor (melihat wajah) wanita yang dilamar.

Selanjutnya beliau menegaskan dua syarat bolehnya nadzor:

Pertama, pihak laki-laki harus benar-benar memiliki niat untuk menikahinya.

Berdasarkan hadis dari sahabat Abu Humaid Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إِذَا خَطَبَ أَحَدُكُمْ امْرَأَةً، فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَنْظُرَ إِلَيْهَا إِذَا كَانَ إِنَّمَا يَنْظُرُ إِلَيْهَا لِخِطْبَةٍ، وَإِنْ كَانَتْ لَا تَعْلَم

“Apabila kalian melamar seorang wanita, tidak ada dosa baginya untuk me-nadzor-nya, jika tujuan dia melihatnya hanya untuk dipinang. Meskipun wanita itu tidak tahu.”(HR. Ahmad 23603, At-Thabrani dalam Al-Ausath 911. Hadis ini dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani, sebagaimana keterangan beliau dalam Silsilah As-Shahihah, no. 97)

Kedua, ada peluang untuk menikahinya

Seperti, memungkinkan untuk diizinkan walinya, atau memungkinkkan untuk diterima pihak wanita. Jika kemungkinan besar pasti ditolak, baik oleh pihak wali atau wanita yang dinadzor maka tidak boleh tetap nekad untuk nadzor.

Ibnul Qatthan Al-Fasi dalam Ahkam An-Nadzar mengatakan:

لو كان خاطب المرأة عالما أنها لا تتزوجه ، وأن وليها لا يجيبه ، لم يجز له النظر ، وإن كان قد خطب [ يعني : وإن كان يطلب خِطبتها ] ؛ لأنه إنما أبيح له النظر ليكون سببا للنكاح ، فإذا كان على يقين من امتناعه ، بقي النظر على أصله من المنع

Jika lelaki yang hendak meminang wanita mengetahui bahwa pihak wanita tidak akan bersedia nikah dengannya, atau pihak wali tidak akan mengabulkan pinanganya, maka tidak boleh dia melakukan nadzor. Meskipun dia sudah menyampaikan lamarannya. Karena dibolehkannya nadzor, hanya karena menjadi sebab untuk menikah. Jika dia yakin bahwa dia pasti ditolak, maka kembali pada hukum asal melihat wanita, yaitu dilarang. (An-Nadzar fi Ahkam An-Nadzar, hal. 391)

Disadur dari : Adabul Khitbah wa Az-Zifaf, hal. 19
Oleh: Ust. Ammi Nur Baits

Artikel: muslimah.or,id

Custamer Care :081211909138