Pemerintah Jokowi tak mengira bahwa unjuk rasa besok tgl 4 November itu akan mendapat dukungan yang begitu luas.
Analisis intelejennya berasumsi bahwa sebagian massa demo adalah para pendukung Prabowo yang kecewa dengan hasil Pilpres lalu.
Maka Presiden dan jajarannya mendatangi Prabowo, menunjukkan hubungan akrab dan mesra. Pesan tersiratnya: Kami menghormatinya, dia juga mengormati kami, masa kalian mau merongrong kami?
Tapi adegan mesra itu ternyata tak meredam pertambahan massa. Analisis intelejen yang lain mengatakan sebagian massa berasal dari para pendukung Presiden sebelumnya. Ada asumsi SBY dan Demokrat ikut mendanai unjuk rasa tersebut. Tuduhan ini sampai ke telinga SBY sehingga ia perlu menyampaikan pernyataan khusus tentang ini pagi tadi di Cikeas. Dia menegaskan bahwa asumsi itu fitnah.
Presiden Jokowi kemudian mengundang NU, MUI dan Muhammadiyyah. Setelah pernyataan bersama disiarkan kemana-mana tak pula mengubah keadaan.
Jelas sudah ini bukan soal sisa pilpres, bukan soal Pilkada, bukan soal politik.
Ada 'pihak' yang lupa mereka kunjungi, yakni yang menurunkan ayat al-Maidah 51 itu. Tentu bukan dengan mengunjungi rumah-Nya, melainkan sadar diri dan bertobat.
Tapi analisis intelejennya luput melihat bahwa pemilik ayat itulah sang penggerak yang sebenarnya.